2009/11/17

Ruang Pamer

Tempat pameran yang paling umum dikenal adalah Museum, dan setelah itu Galeri, selain tempat-tempat tertentu yang dipakai berpameran secara insidental.

Museum berasal dari kata “Mouseion” dalam bahasa Yunani yang mengacu pada Shrine of the muses yaitu lemari tempat penyimpanan barang-barang suci. Sedangkan di dalam The American Heritage Dictonary of English Leaguage Forth Edition (www.AmericanHeritage.com, 2004) menyebutkan bahwa museum memiliki arti sebuah bangunan yang dapat dilihat orientasi kerja atau aktifitas yang meliputi akuisisi, konservasi, pameran dan interpretasi yang mendidik.
Ruang Pamer
Galeri berasal dari kata “Galeria” dari bahasa Inggris abad pertengahan dan “ Galilee” dari bahasa prancis utara kuno yang mempunyai arti relatif lebih banyak dibanding kata museum. Dua diantaranya adalah :
Bangunan sebagai tempat pameran yang apresiatif dan non komersial
Bangunan sebagai tempat pameran yang bersifat menjual (komersial). (Mingkit, 2001:68)
    Ruang Pamer
    Pengertian museum dan galeri sering memiliki kesamaan arti dikarenakan keduanya adalah suatu tempat yang berfungsi utama sebagai tempat memamerkan obyek dan artefak. Namun setelah melewati waktu tertentu serta perkembangan museum dan galeri memperlihatkan pergeseran makna dan pemahaman mengenai fungsinya sejalan dengan perkembangan jaman. Seperti yang dituliskan Duncan Cameron 1971 bahwa museum kini memiliki dua jenis peran yaitu peran museum yang lama dan peran museum yang baru. Peran museum yang lama adalah sebagai kuil, yaitu museum memainkan fungsi universal dan melampaui batasan masa. Peran museum yang baru sebagai forum adalah suatu tempat untuk pertentangan, eksperimentasi dan debat. (dalam Mingkit, 2001:71)
    Dalam konteks seni, museum, galeri dan tempat-tempat yang sering dipakai sebagai tempat berpameran adalah termasuk dalam konteks seni rupa. Tanpa kehadiran tempat-tempat ini, proses berkarya atau berkesenian bagi seniman menjadi kurang berarti. Karena melalui tempat-tempat ini para seniman bisa mendialogkan aspirasi-aspirasinya lewat karya seni kepada pihak seni atau masyarakat pada umumnya.
    Biasanya setiap negara atau kota memiliki museum atau Galeri Nasional, dan juga tempat-tempat pameran yang dikelola oleh pemerintah. Di Indonesia misalnya di setiap kota memiliki Dewan Kesenian dan Taman Budaya. Namun setelah dalam perkembangannya Dewan Kesenian dan Taman Budaya sudah tak dapat lagi berperan, maka banyak institusi museum atau galeri yang dikelola oleh swasta yang bersifat pribadi, seperti Museum Affandi (Yogyakarta), Museum Widayat (Magelang) dan Museum Nyaman Gunarso (Bali) dan lain-lain.
    Ruang-ruang pamer ini dianggap menjadi jembatan antara seminan dengan masyarakat. Sehingga sarana berkomunikasi ini kemudian menjadi sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor di sekelilingnya.
    Namun pada kenyataannya museum memiliki visi dan birokrasi yang berbeda dan cukup spesifikasi, sehingga tidak mampu menampung berbagai ide, gagasan seniman dan praktisi seni. Sehubungan dengan itu semakin berkembanglah galeri-galeri swasta yang cenderung pada komersil, dan ruang-ruang alternatif yang dikelola para praktisi seni bahkan seniman sendiri yang diistilahkan oleh Irianto (2004 : 7) dalam Buletin Surat vol. 19 Cemeti dengan Artist-Run Space dan Artist Initiative, yang bekerja berdasarkan visi masing-masing.
    Disadari atau tidak disadari ruang-ruang pamer ini menjadi bermuatan dan relatif tidak lagi netral, disebabkan oleh image dan ideologi yang ada dalam sebuah ruang pamer yang tercipta dari pandangan-pandangan kesenian dari pengelolanya. Ruang-ruang yang dikelola oleh seniman sendiri (Ruang alternative) di Indonesia, semakin marak yang berada diseputar daerah kesenian arus utama semisal, Galeri Cemeti sekarang Cemeti Art House (Yogyakarta), Ruang Rupa (Jakarta), Selasar Sunaryo Art Space (Bandung) dan Klinik Seni Taxu (Bali) dan Kecil Art Studio (Surabaya).


    2009/11/03

    Clay Tepung

    Plastisin Clay (Clay Tepung):

    Hampir sama dengan Lilin malam hanya saja tidak selunak lilin malam dan lebih mantap bentuknya (lebih keras dibandingkan lilin malam). Plastisin Clay dapat dibuat sendiri dan cukup mudah dikerjakan bersama anak-anak.

    Bahan yang diperlukan:
    - Tepung terigu : tepung tapioka : tepung beras dengan perbandingan 1:1:1.
    - Lem kayu misalnya lem fox (atau sejenisnya).
    - Sedikit natrium benzoat/pengawet makanan atau Borax juga tidak apa-apa. (ini tidak wajib, jika ingin hasil tahan lama
    tidak berjamur).
    - Cat poster/akrilik/cat air.
    - Pilox bening/cat kuku bening.

    Cara membuat:
    - Campur tepung, masukan lem sedikit demi sedikit hingga serasa pas dan tidak lengket ditangan.
    - Bagi beberapa bagian (sesuai warna-warna yang diinginkan) dan campurkan sedikit demi sedikit cat,
    sampai warna yang diinginkan tercapai.
    - Clay tepung siap di bentuk.
    - Angin-anginkan hingga kering.
    - Dapat disemprotkan Pilox transparant atau dioles cat kuku agar lebih tahan lama.

    Peralatan

    Dalam membuat kerajinan clay pada dasarnya anda tidak memerlukan peralatan khusus, namun saat ini beberapa toko craft supplies sudah ada yang menjual beberapa peralatan khusus untuk mempermudah para hobiis clay.

    Anda dapat menggunakan beberapa peralatan dasar yang banyak terdapat dirumah seperti: gunting kecil, cutter, penggaris, lem putih, ballpoint, bubuk pemulas mata, cat air /pinset/ minyak, pinset, jarum, glitter, cat kuku bening sebagai varnish dll.

    Namun jika anda menginginkan alat yang lebih praktis agar hasil akhir karya anda lebih sempurna, ada baiknya anda menggunakan beberapa peralatan dan perlengkapan tambahan seperti : slicing blade, shaping tools, craft pinset, needle tool, special glossy varnish, resin.



    SMADDA ART DISTRICT 09'



    SMADDA Art District 09’ merupakan agenda pameran rutin yang akan diselenggarakan setiap akhir semester, yang bertempat di studio seni budaya SMA Negeri 22 Surabaya. Pada even kali ini berlangsung pada selama sepekanyang dilaksanakan pada pertengahan bulan Juli 2009, dengan agenda pameran dari karya fotografi kelas XI A dan karya karya paper toys kelas X. 

     


    SMADDA Art District 09’ memang pada mulanya adalah sebuah ide atau gagasan pameran yang dilaksanakan sebagai bahan evaluasi siswa dalam berapresiasi dan berkreasi pada mata pelajaran seni budaya (seni rupa). Sebab merencanakan pameran seni rupa dan desain termasuk dalam standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa pada mata pelajaran tersebut



    SMADDA Art District 09’ pada kenyataanya, bukan saja mempresentasikanj kepribadian para siswa, tapi juga para guru dan sekolah.tingkat kompetensi siswa melalui pameran dapat diukur dan dinilai secara keseluruhan, kemudian untuk beberapa siswa yang berbakat dapat dievaluasi dan dikembangkan ke arah jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan para siswa yang kurang memiliki minat pada bidang ini, diharapakan dapat pula dikembangkan sebagai hobi yang bermanfaat di masa depan. 


    Search This