2007/10/02

Figur Karakter


(tandukku...,2006 30 cm x 15 cm)


(angel, 2006 30 cm x 15 cm)
Ini adalah karya gambar yang saya buat pada tahun 2006, dengan ukuran 25 cm x 25 cm. Karya ini sempat dipamerkan, dalam pameran yang diselenggarakan oleh aktifis desain grafis alumni ITS yang bekerja sama dengan restoran Mc Donald’s. Pameran ini diselenggarakan di Restoran Mc Donald’s Plasa Surabaya Lantai 1.

Karya gambar yang saya pamerkan ini lebih kearah gambar sosok-sosok manusia yang memiliki “sayap”. Dengan menceritakan sosok manusia yang mencoba terbang dengan “sayap” untuk mengarungi dunia,. “Sayap” berarti terbang, melayang keangkasa tinggi, meski suatu saat pasti turun ke dasar lagi. “Sayap” dikepakan memiliki kekuatan yang sangat besar, sebab “sayap” selalu melawan arus angin yang dilalui. “Sayap” bisa identik dengan malaikat, sesosok makhluk yang selalu membawa kebaikan.

Ini sama halnya dengan negara Indonesia yang sampai saat ini sebagai negara yang berkembang, mencoba untuk mendapat pengakuan dari negara mainstream. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah, sudah semestinya mampu mengepakkan sayap sang GARUDA menuju negara Indonesia yang “Gemah Ripah Luh Jinawi Sarto Tentrem Kerto Raharjo



(help me..., 2006 30 cm x 15 cm)

Human Error


(human error, 2004 230 cm x 150 cm)
“Human Error” adalah sebuah karya seni rupa yang berbasis eksperimental art. Karya yang dibuat tahun 2004 ini pernah dipamerkan dalam Festival Seni Surabaya tahun 2004 di Balai Pemuda Surabaya. “Human Error” diambil dari bahasa Inggris yang berarti kecelakaan/kesalahan manusia. Dalam karya “Human Error” arti kata tersebut lebih cenderung kepada perasaan kebingungan dari pembuatnya, ini disebabkan karya “Human Error” dibuat dalam rangka proyek dari Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya (UNESA), karya ini dibuat oleh Dosen dan 3 (tiga) mahasiswa seni rupa ; Winarno S. Sn dan Sandy, Ferisal dan Puput.
Proyek ini bertujuan Dosen dan Mahasiswa bekerjasama untuk membuat karya eksperimental dalam bidangnya masing-masing. Dalam pembuatan karya “Human Error” dilakukan dalam waktu 2 bulan, yang direalisasikan dalam bentuk karya instalasi ekperimen. Yang terdiri dari satu manekin yang berada didalam jeruji dan lima manekin berada didepannya yang dihubungkan dengan selang, selain itu karya yang berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi ini, terbalut oleh gambar-gambar dengan teknik drawing atau stencill.


(marginal.com, 2004 200 cm x 150 cm)
Memang ditinjau dari pembuatan karya “Human Error” ini dibuat lebih kearah visualnya, hal ini dikarenakan tujuan utama bukan kearah konseptual. Melainkan bagaimana mahasiswa berani bermain dengan material-material /bahan-bahan baru yang lebih kearah seni rupa alternatif, seperti yang telah dilakukan oleh kampus-kampus seni murni di Indonesia. Meski begitu dengan usaha dan pemikiran yuang matang sebagai bahan presentasi kepada seluruh mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNESA, karya “Human Error” mencoba dengan sedikit sentuhan konsep, walaupun konsep tersebut cenderung dipaksakan, hal ini disebakan karena tidak adanya kesepakatan yang jelas diantara pembuat.

2007/09/30

“Mains-mains”



(main-main mainin mainan,2006 ukuran variabel. Pameran Festival Seni Surabaya)



“Mains-mains” berasal dari bahasa Indonesia yaitu kata main-main ditambah huruf s, yang merupakan plesetan dari bahasa inggris yaitu kata “minds-minds” yang berarti pikiran-pikiran. Pada dasarnya kata “main-main atau bermain-main” , bagi semua orang lebih diartikan pekerjaan yang sering dilakukan oleh anak-anak. Namun perlu dipahami kata “main-main atau bermain-main” dalam konsep “mains-mains” merupakan konsep kerja yang lebih menekankan sikap-sikap untuk menemukan kompleksitas diri.
Disadari memang pada dasarnya naluri bermain adalah salah satu unsur yang paling mendasar dalam kehidupan, khususnya dunia seni rupa. Menurut seorang antropolog dan sejarawan Belanda, Johan Huizinga (1872-1945)², manusia pada intinya adalah salah satu makhluk yang dalam kehidupannya tak terlepas dari permainan atau dunia bermain. Manusia adalah makhluk bermain (homo ludens). Dalam bahasa Indonesia kata bermain dan bemain-main merupakan dua kata yang dipahami sebagai fenomena psikologi atau fenomena biologis, kata bermain lebih dianggap baik, positif, dan netral; sedang bermain-main lebih dianggap negatif dan kurang baik¹.
Dalam konsep “mains-mains” kata main-main atau bermain-main bukan dipahami seperti tersebut diatas, melainkan sebagai kebebasan yang mendasari dari bermain, sebab dengan bermain manusia bisa menciptakan kondisi atau suasana yang bersifat temporari dengan tujuan diri sendiri, dan dapat dilakukan tanpa peritah, alami dan tanpa tekanan.



(main-main mainin mainan,2006 ukuran variabel. detail)



Dari sinilah seniman yang notabenenya juga seorang guru seni rupa bermaksud berkarya dengan konsep “mains-mains” sebagai wujud manifestasi dari kejenuhan dan kekakuan diri sebagai seorang pengajar seni rupa disekolah. Sebagai guru seni rupa yang dituntut dalam dua aspek: mengajar (mind/pemikiran) dan berkarya (main-main/kebebasan). Kedua aspek inilah yang selalu melekat didalam hati seniman, selain mempunyai tanggung jawab mengajar dengan ilmu yang dimiliki, juga berkarya dengan pencapaian kebebasan berkreasi.
main-main mainin mainan IV (the last stand, 2008)




Search This